Di dalam bahasa Arab terdapat dua kata yang menunjukkan makna manajemen, yaitu الإدارة danالتدبیـــــــــر . Dua kata tersebut dipandang mewakili makna manajemen, baik secara umum ataupun khusus. Al–Idârah berasal dari kataأدار yang berarti: mengatur, mengoperasikan. Firman Allah SWT:
اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ
“Melainkan jika muamalah itu perniagaan tunai yang kamu jalankan diantara kamu…” (Q.S Al-Baqarah: 282).
Lafazh Idârah di dalam al-Quran hanya ditemukan pada surah di atas, yang terkait dengan pengaturan niaga atau bisnis, termasuk dalam hukum muamalat. Petikan ayat di atas merupakan solusi bagi pencatatan dalam transaksi. Pencatatan tidak begitu dibutuhkan saat perniagaan yang dilakukan melalui tukar-menukar secara langsung (tunai), ia dapat menghilangkan pertikaian dan menimbulkan kepastian. Wahbah al-Zuhayli mengartikan ‘تدیــــــــــــــــــــرونھا ‘transaksi muamalah melalui tangan dengan tangan, yakni langsung tanpa penundaan. Al-Fahdawy mengomentari transaksi tunai adalah transaksi yang nyata, dapat dilihat, diraba, dan jelas, tidak semu, jujur tidak bohong. Oleh karena itu, pengelolaan urusan apa saja seyogyanya memperhatikan makna tersirat dari kata idârah tersebut. Idârah bisa juga berarti kesungguhan kerja. Maka, melalui pendekatan arti idârah secara bahasa, meng-idarah aktivitas bisnis serta ekonomi wajib berpegang pada prinsip kejujuran, kejelasan, realistis dan kesungguhan.
Adapun Tadbîr berasal dari kata دبَّــــــر yang berarti: mengurus, mengatur, mengelola. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al-Sajadah: 5).
Sebagian berpendapat bahwa lafazh at-Tadbîr lebih komprehensif dan mendalam daripada lafazh al-idârah guna memaknai kata manajemen. Karena Allah SWT menyebutkan lafazh idârah dalam kaitan pembahasan tentang perniagaan (mu’âmalah mâliyyah) saja. Sementara lafazh tadbîr disebutkan di dalam al-Quran pada pembahasan yang lebih luas dan menyeluruh; mulai dari proses pemikiran dan penghayatan tentang berbagai lini dalam kehidupan, hingga implementasi terhadap suatu urusan melalui pemilihan aktivitas dan program yang terbaik. Namun menurut penulis, tidak juga keliru jika kita menggunakan istilah idârah untuk menunjukkan makna manajemen secara umum. Walaupun lafazh tersebut digunakan di dalam al-Quran terkait dengan perniagaan, namun tidak membatasi penggunaannya kepada lini-lini kehidupan manusia lainnya yang lebih menyeluruh dan jamak.
Sementara kata manajemen sendiri berasal dari bahasa Inggris: Management dengan kata kerja to manage, secara umum berarti mengelola. Robbins dan Coulter mendefinisikan manajemen yakni aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Efisien adalah melakukan pekerjaan secara tepat sasaran, atau menghasilkan output sebanyak mungkin dari input sesedikit mungkin. Adapun efektif seringkali diidiomkan sebagai mengerjakan hal yang tepat, yaitu menjalankan aktivitas-aktivitas yang secara langsung mendorong tercapainya sasaran-sasaran organisasi.
Stoner, Freeman dan Gilbert JR menyebutkan pula, manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dengan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditetapkan.
Pengertian Islam
Kata al-Islâm secara bahasa memiliki beberapa makna, yaitu: berserah diri (al-istislâm), suci bersih (al-salîm), selamat dan sejahtera (al–salâm), damai (al-silmu), dan bertahap (al-sullam). Adapun al Islâm menurut istilah bermakna ketundukkan kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad Saw, sebagai hukum Allah yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pengertian Manajemen Islam
Menurut al-Mazjajiy manajemen Islam adalah segala aktivitas halal dari individu maupun sekelompok orang pada periode waktu tertentu untuk mencapai sasaran dan tujuan halal yang terbatas. Pengertian manajemen Islam ini bersifat umum, mencakup kerjakerja manajemen pada bidang-bidang yang khusus, seperti ekonomi, politik, pendidikan, militer, sosial, dll. Karena memang Islam tidak membatasi implementasi manajemen hanya dalam bidang pendidikan atau bisnis saja. Namun manajemen mulai diterapkan untuk kepentingan pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara.
Jika manajemen Islam dioperasikan pada sektor niaga dan bisnis, maka segala aktivitas perniagaannya haruslah halal lagi baik. Tahapan input, process dan outputnya halal, dibatasi oleh rentang waktu, dalam rangka meraih tujuan berniaga yang halal, yaitu profit (materi) dan benefit (non materi, seperti keberkahan dan pertumbuhan). Al-Nahawiy menyebutkan manajemen Islam adalah pemanfaatan dari segala prinsip-prinsip iman untuk menghimpun produktivitas yang tinggi, dengan usaha yang itqân (terbaik), dalam waktu seefesien mungkin, agar menjadikan seluruh kerja-kerjanya bernilai ibadah.
Jamil Abu al-‘Ainain menyebutkan pula bahwa manajemen yang disandarkan kepada nash al-Quran dan sunnah nabawiyyah, tidak ada keraguan bahwa itu adalah manajemen akidah (tauhid), Islam tidak terbatas pada ibadah (mahdhah) saja, namun ia adalah aturan yang komprehensif dan sempurna bagi kehidupan.
Menarik juga apa yang disampaikan al-Fahdawy, bahwa manajemen Islam adalah tadbîr al-mashâlih al-syar’iyyah (mengelola maslahat-maslahat yang sesuai dengan syariat). al-Ghazali mengatakan al-Mashâlih alSyar’iyyah adalah mendatangkan manfaat dan mencegah mudarat serta menjaga maqashid syariah.
Dari beberapa pengertian tentang manajemen di atas, penulis dapat menyimpulkan pengertian manajemen Islam yaitu segala bentuk upaya halal yang dilakukan oleh individu atau kelompok/ organisasi dalam rangka mencapai maslahat halal tertentu, baik secara materi ataupun non materi melalui usaha terbaik dan pemanfaatan waktu yang terbaik, dalam rangka beribadah kepada Allah Swt.
Manajemen berbasis Islam, harus mengimplementasikan makna keagungan ‘Islam’ itu sendiri. Manajemen Islam adalah manajemen yang bersih dan rapi, manajemen yang selalu memperkuat rasa cinta dan harmoni, manajemen yang mensejahterakan karyawan dan pegawainya, manajemen yang peduli atas keselamatan manusia, manajemen yang simpel dan mudah. Itulah Islam!
Perlu disadari pula, bahwa seluruh perilaku manajemen kita akan dibatasi oleh waktu (time). Allah Swt hanya memberikan kepada manusia di bumi 24 jam dalam satu hari. Seluruh manusia menggunakan waktu yang sama. Namun berbeda-beda cara memanfaatkannya, dan menghasilkan sesuatu yang berbeda pula. Adalah sosok Abu Bakar ash-shiddiq yang selalu terdepan dalam pemanfaatan waktu melalui amal-amal terpuji, dan Umar r.a pun telah mengakuinya. Pada pagi hari, Rasulullah biasa bertanya kepada pada para sahabat, “Siapakah dari kalian yang berpuasa pada pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya, “Siapakah dari kalian yang telah mengantar jenazah pada pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah dari kalian yang telah memberi makan kepada seorang miskin pada pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Beliau bertanya, “Siapakah dari kalian yang telah menjenguk orang sakit pada pagi ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Maka Rasululah Shallalahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah semua amalan ini terkumpul pada diri seseorang kecuali dia akan masuk surga.”(HR. Muslim).
Pada dini pagi saja, Abu Bakar al-shiddiq mampu mengungguli perbuatan terpuji; berpuasa, mengantar jenazah, memberi makan orang miskin dan menjenguk orang sakit. Umar r.a pun mengukuhkan keunggulan Abu Bakar dalam infak dan amal terpuji lainnya.
Arah visi dan misi dibatasi oleh waktu. Target dan tujuannya dibatasi oleh waktu, program dan kegiatannya juga dibatasi oleh waktu. Tabiat dari waktu adalah tidak dapat berhenti walaupun hanya sesaat, ia akan terus berjalan dan tanpa pernah kembali. Oleh karenanya, manusia wajib menghargai waktu, mampu memanfaatkannya sebaik mungkin. Sehingga ia dapat meraih efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang terbaik. Demikian besarnya manfaat waktu bagi kehidupan manusia, sehingga Allah Swt bersumpah atas nama waktu (masa), Allah berfirman:
“Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian (2) Melainkan orang beriman, dan beramal shaleh, serta orang yang selalu saling nasehat menasehati dengan kebenaran dan kesabaran.” (Q.S Al-‘Ashr: 1-3).